Rabu, 23 Oktober 2013
Browse Manual »
Wiring »
artemia
»
budidaya
»
Budidaya Artemia
Artemia sebagai plankton tidak dapat mempertahankan diri terhadap pemangsa musuh-musuhnya sebab tidak mempunyai cara untuk membela diri. Satu - satunya cara untuk menghindarkan diri dari pemangsa adalah anugerah alloh yang berupa lingkungan hidup berkadar garam tinggi.
Artemia dewasa beratnya mencapai 10 mg dan panjangnya mencapai 1-2 cm. secara alami makanan artemia adalah sisa-sisa jasad hidup yang sedang menghancur, ganggang renik, bakteri, dan cendawan. Ada beberapa jenis ganggang hijau yang biasa dimakan oleh artemia antara lain: lambertia, cladophora, platymonas, dan masih banyak lagi lainnya, sedangkan yang dari ganggang biru, yaitu oscillatoria.
Artemia hanya dapatmenelan makanan yang berukuran kecil saja, yaitu sekitar 50 mikron ke bawah, sedangkan makanan yang berukuran di atasnya sudah tidak dapat menelannya karena cara mengambil makanan adalah dengan menelannya bulat-bulat. Artemia yang sudah berumur 2 minggu adalah artemia dewasa.
Cara perkembangbiakkan artemia ada dua golongan, yaitu:
a. Perkembangbiakkan biseksual
b. Perkembangbiakkan patenogenetik
Perkembangbiakkan biseksual haruslah melalui perkawinan antara induk betina dan induk jantan, sedangkan perkembangbiakkan patenogenetik tidak adanya perkawinan induk jantan dan induk betina, jadi induk betina akan beranak dengan sendirinya tanpa adanya perkawinan terlebih dahulu.
Pada perkembangbiakkan keduanya itu dapat terjadi secara bertelur dan beranak. Hal itu sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Apabila keadaan lingkungannya cukup baik, artemia akan berkembang biak dengan cara beranak atau melahirkan. Akan tetapi, apabila keadaan lingkungannya kurang baik artemia akan berkembang biak dengan cara bertelur.
Cara untuk menetaskan telur artemia harus menggunakan wadah kusus yaitu wadah yang terbuat dari plastic yang kita bentuk menjadi kerucut, sedangkan ukurannya tergantung selera mulai yang berkapasitas 3 liter, 5 liter sampai yang besar, yaitu 75 liter, sedangkan media yang kita gunakan adalah air laut biasa yang kadar garamnya berkisar 30 per militer. Namun, untuk mendapatkan hasil penetasan yang lebih baik,kita harus menurunkan kadar garam tersebut menjadi 5 per militer dengan cara diencerkan atau dicampur dengan air tawar biasa, sedangkan untuk menstabilkan keasaman air laut pada waktu pengenceran maka perlu dicampur dengan NaHCO3 sebanyak 2 gram/liter.
Sebelum telur-telur itu kita masukkan ke wadah penetasan, terlebih dahulu harus direndam ke dalam air tawar kurang lebih 1 jam. Lalu kita saring dan kita tiriskan sampai airnya tuntas, barulah kita masukkan ke dalam wadah penetasan.
Dalam proses penetasan ini yang perlu kita perhatikan agar mendapatkan bibit yang baik adalah:
Dalam pembuatan bak tersebut di tengahnya perlu kita pasang penyekat yang di pasang membujur sejajar dengan sisi panjang bak. Pengisian air diusahakan sama dengan jarak antara penyekat tengah dengan sisi bak yang panjang.
Supaya air dalam bak terjadi sirlukasi, perlu kita pasang alat pembangkit arus air yang biasa disebut AWL (air water lift).
Penyaringan air dilakukan dengan menggunakan kotak keping penyaring yang berbentuk segi empat yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pertama untuk pemasukan air dan bagian kedua merupakan bagian pengendapan kotoran. Hal ini terjadi karena air mengalir melalui keping penangkap kotoran yang permukaannya kasar dan kita pasang dengan kemiringan 40°C.
Dalam pembuatan kotak penyaring, ukurannya adalah 10 % dari ukuran bak pemeliharaan.
Agar di dalam mengalirkan air ke kotak penyaringan artemia tidak ikut, ujung pipa penyaringan itu kita tambal dengan tabung penyaring dengan ukuran mata saringan sesuai dengan umur artemia.
Dalam pemeliharaan artemia ini, perlu diberikan makanan tambahan untuk menunjang pertumbuhan artemia agar cepat besar dan sehat. Makanan tambahan itu, antara lain bekatul, tepung terigu, tepung beras, ragi roti, dan masih banyak lagi lainnya.
Dalam pemberian makanan tambahan, bekatul yang kita beli dari warung atau penggilingan padi tidak langsung kita berikan begitu saja, namun harus diproses terlebih dahulu dengan cara: bekatul itu kita ayak dengan air garam dengan perbandingan 1 liter air garam dicampur dengan bekatul halus sebanyak 75-150 gram, setelah itu, kita blender dan kita saring lagi dengan kain saringan yang halus, barulah kita dapat berikan sebagai makanan tambahan.
Pemberian makanan tambahan harus kita sesuaikan dengan tingkat kekeruhan air.untuk mengukur kekeruhan air, kita dapat menggunakan papan yang kita cat putih dan kita beri skala cm. Apabila kita akan member makan, papan itu dapat digunakan untuk mengukur kekeruhan air.
Cara penangkapan artemia dilakukan dengan jalan mematikan aerasinya terlebih dahulu dan ditunggu sampai kadar oksigennya mulai turun. Sebab bila kadar oksigen turun, artemia akan naik ke permukaan untuk bernapas.Baru setelah artemia naik ke atas permukaan kita lakukan penyerokan dengan
Sebuah seser yang terbuat dari kain yang halus.
Artemia yang sudah dipanen itu dapat langsung kita berikan untuk makanan hewan peliharaan kita, atau dapat kita simpan terlebiha dahulu dalam lemari es untuk pembekuan. (Sumber: Pakan Alami untuk Ikan, Penerbit CV. CITRA CIPTA PURWOSARI)
Budidaya Artemia
Budidaya Artemia sekarang sering dilakukan untuk kebutuhan pakan ikan dan pakan hewan peliharaan laiannya.
Artemia adalah sejenis udang primitif. Artemia hidup planktonik di persiran yang berkadar garam tinggi, sedangkan suhu yang dikehendaki antara 25°C-30°C.
Artemia adalah sejenis udang primitif. Artemia hidup planktonik di persiran yang berkadar garam tinggi, sedangkan suhu yang dikehendaki antara 25°C-30°C.
Artemia sebagai plankton tidak dapat mempertahankan diri terhadap pemangsa musuh-musuhnya sebab tidak mempunyai cara untuk membela diri. Satu - satunya cara untuk menghindarkan diri dari pemangsa adalah anugerah alloh yang berupa lingkungan hidup berkadar garam tinggi.
Artemia dewasa beratnya mencapai 10 mg dan panjangnya mencapai 1-2 cm. secara alami makanan artemia adalah sisa-sisa jasad hidup yang sedang menghancur, ganggang renik, bakteri, dan cendawan. Ada beberapa jenis ganggang hijau yang biasa dimakan oleh artemia antara lain: lambertia, cladophora, platymonas, dan masih banyak lagi lainnya, sedangkan yang dari ganggang biru, yaitu oscillatoria.
Artemia hanya dapatmenelan makanan yang berukuran kecil saja, yaitu sekitar 50 mikron ke bawah, sedangkan makanan yang berukuran di atasnya sudah tidak dapat menelannya karena cara mengambil makanan adalah dengan menelannya bulat-bulat. Artemia yang sudah berumur 2 minggu adalah artemia dewasa.
Cara perkembangbiakkan artemia ada dua golongan, yaitu:
a. Perkembangbiakkan biseksual
b. Perkembangbiakkan patenogenetik
Perkembangbiakkan biseksual haruslah melalui perkawinan antara induk betina dan induk jantan, sedangkan perkembangbiakkan patenogenetik tidak adanya perkawinan induk jantan dan induk betina, jadi induk betina akan beranak dengan sendirinya tanpa adanya perkawinan terlebih dahulu.
Pada perkembangbiakkan keduanya itu dapat terjadi secara bertelur dan beranak. Hal itu sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Apabila keadaan lingkungannya cukup baik, artemia akan berkembang biak dengan cara beranak atau melahirkan. Akan tetapi, apabila keadaan lingkungannya kurang baik artemia akan berkembang biak dengan cara bertelur.
1. Pembibitan Artemia
Dawasa ini sudah banyak telur artemia yang sudah di awetkan dalam kaleng yang dapat kita gunakan untuk bibit. Bila kita sudah mendapatkan telur, tugas kita selanjutnya adalah menetaskan telur-telur itu menjadi bibit.
Cara untuk menetaskan telur artemia harus menggunakan wadah kusus yaitu wadah yang terbuat dari plastic yang kita bentuk menjadi kerucut, sedangkan ukurannya tergantung selera mulai yang berkapasitas 3 liter, 5 liter sampai yang besar, yaitu 75 liter, sedangkan media yang kita gunakan adalah air laut biasa yang kadar garamnya berkisar 30 per militer. Namun, untuk mendapatkan hasil penetasan yang lebih baik,kita harus menurunkan kadar garam tersebut menjadi 5 per militer dengan cara diencerkan atau dicampur dengan air tawar biasa, sedangkan untuk menstabilkan keasaman air laut pada waktu pengenceran maka perlu dicampur dengan NaHCO3 sebanyak 2 gram/liter.
Sebelum telur-telur itu kita masukkan ke wadah penetasan, terlebih dahulu harus direndam ke dalam air tawar kurang lebih 1 jam. Lalu kita saring dan kita tiriskan sampai airnya tuntas, barulah kita masukkan ke dalam wadah penetasan.
Dalam proses penetasan ini yang perlu kita perhatikan agar mendapatkan bibit yang baik adalah:
- Suhu air harus dijaga kesetabilannya yaitu sekitar 25°C-30°C.
- Kadar oksigen harus selalu diatas 2 miligram/liter. Hal ini dilakukan dengan pemberian aerator ataupun blower.
- Penyinaran yang cukup, biasanya dibantu dengan sinar dari lampu neon sebanyak 2 buah dengan kekuatan daya 60 watt yang di pasang di samping wadah dengan jarak sekitar 20 cm.
Telur –telur yang sudah kita masukkan ke dalam wadah penetasan maka dalam kurun waktu 35 jam telur tersebut menetas menjadi naupilus, selanjutnya naupilus tersebut harus segera kita ambil dengan cara mematikan pengudaraan terlebih dahulu kemudian bagian atas wadah penetasan kita tutup dengan kain, sedangkan bagian bawahnya kita sinari kurang lebih 5-10 menit, dengan tujuan untuk memisahkan anak artemia dengan cangkang telurnya, lalu anak artemia itu kita sedot dengan selang lalu kita cuci sampai bersih dari kotorannya. Selanjutnya , bibit artemia itu dapat kita gunakan untuk pembudidayaan secara massal.
2. Budidaya dalam jumlah besar
Dalam budidaya artemia dengan jumlah besar ada beberapa hal yang harus kita perhatikan benar-benar, yaitu:
a. Wadah pemeliharaan
Dalam pembuatan wadah pemeliharaan ini, kita dapat membuatnya dari bak semen, plastic, dan kayu. Kita dapat membeli bak itu dari bahan fiberglass. Bak yang kita buat berbentuk persegi panjang dengan ukuran tergantung untuk pemeliharaan yang diinginkan, bentuk sudut bak dapat kita buat melengkung, menyerong, ataupun tegak lurus biasa.
Dalam pembuatan bak tersebut di tengahnya perlu kita pasang penyekat yang di pasang membujur sejajar dengan sisi panjang bak. Pengisian air diusahakan sama dengan jarak antara penyekat tengah dengan sisi bak yang panjang.
Supaya air dalam bak terjadi sirlukasi, perlu kita pasang alat pembangkit arus air yang biasa disebut AWL (air water lift).
b. Penyaringan air
Dalam pembididayaan artemia, penyaringan air merupakan kegiatan yang berkesinambungan dalam bak dengan system air berputar. Penyaringan air ini bertujuan untukn membersihkan kotoran-kotoran yang tertimbun di dalam bak yang bila tidak dibersihkan akan mengakibatkan penurunan kadar oksigen dan keasaman air yang bertakibat kurang berhasilnya dalam pembudidayaan.
Penyaringan air dilakukan dengan menggunakan kotak keping penyaring yang berbentuk segi empat yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pertama untuk pemasukan air dan bagian kedua merupakan bagian pengendapan kotoran. Hal ini terjadi karena air mengalir melalui keping penangkap kotoran yang permukaannya kasar dan kita pasang dengan kemiringan 40°C.
Dalam pembuatan kotak penyaring, ukurannya adalah 10 % dari ukuran bak pemeliharaan.
Agar di dalam mengalirkan air ke kotak penyaringan artemia tidak ikut, ujung pipa penyaringan itu kita tambal dengan tabung penyaring dengan ukuran mata saringan sesuai dengan umur artemia.
c. Cara pemeliharaan
Seperti telah diuraikan di atas bahwa dalam memelihara artemia dapat mengginakan air laut yang sudah diencerkan kadar garamnya, yaitu 5 per millimeter dan keasamannya tetap stabil perlu diberi tambahan NaHCO3 sebanyak 2 gram/liter. Selain itu, kita dapat juga menggunakan air laut tiruan dengan aturan-aturan yang telah di tentukan campurannya.
Dalam pemeliharaan artemia ini, perlu diberikan makanan tambahan untuk menunjang pertumbuhan artemia agar cepat besar dan sehat. Makanan tambahan itu, antara lain bekatul, tepung terigu, tepung beras, ragi roti, dan masih banyak lagi lainnya.
Dalam pemberian makanan tambahan, bekatul yang kita beli dari warung atau penggilingan padi tidak langsung kita berikan begitu saja, namun harus diproses terlebih dahulu dengan cara: bekatul itu kita ayak dengan air garam dengan perbandingan 1 liter air garam dicampur dengan bekatul halus sebanyak 75-150 gram, setelah itu, kita blender dan kita saring lagi dengan kain saringan yang halus, barulah kita dapat berikan sebagai makanan tambahan.
Pemberian makanan tambahan harus kita sesuaikan dengan tingkat kekeruhan air.untuk mengukur kekeruhan air, kita dapat menggunakan papan yang kita cat putih dan kita beri skala cm. Apabila kita akan member makan, papan itu dapat digunakan untuk mengukur kekeruhan air.
d. Usaha prmbesaran
Kegiatran pembesaran ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan artemia dewasa. Sebelumnya, kita harus mencari benih untuk dibesarkan . penebaran benih sebaiknya dilakukan menjelang senja supaya tidak terjadi stress akibat perubahan suhu yang mendadak.
Keesokan harinya benih yang kita tebarkan sudah mulai membutuhkan makan, maka perlu diberikan nakanan tambahan secukupnya untuk membuat kekeruhan air sedalam 20 cm, baru setelah airnya menjadi jernih lagi pemberian makanan kita lakukan lagi, begitu seterusnya sampai waktu pemanenan.
Panen artemia dapat kita lakukan apabila ukuran artemia sudah mencapai 8 mm atau kurang lebih sudah berumur 2 minggu.
Panen artemia dapat kita lakukan apabila ukuran artemia sudah mencapai 8 mm atau kurang lebih sudah berumur 2 minggu.
Cara penangkapan artemia dilakukan dengan jalan mematikan aerasinya terlebih dahulu dan ditunggu sampai kadar oksigennya mulai turun. Sebab bila kadar oksigen turun, artemia akan naik ke permukaan untuk bernapas.Baru setelah artemia naik ke atas permukaan kita lakukan penyerokan dengan
Sebuah seser yang terbuat dari kain yang halus.
Artemia yang sudah dipanen itu dapat langsung kita berikan untuk makanan hewan peliharaan kita, atau dapat kita simpan terlebiha dahulu dalam lemari es untuk pembekuan. (Sumber: Pakan Alami untuk Ikan, Penerbit CV. CITRA CIPTA PURWOSARI)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar